Kamis, 06 Maret 2014

mas kurni

Sedari malam aku tidak bisa tidur nyenyak, aku tidak sabar untuk bertemu pagi dan bertemu dengannya. Seseorang yang sudah lama menjadi separuh hidupku, mas kurni. Hari ini mas kurni akan menemuiku dikota namun hingga sore ini dia tidak memberi  kabar, bahkan telpon dan sms ku juga tidak dibalasnya “kemana sebenarnya kamu mas”.  Hatiku gelisah, perasaanku tidak karuan menunggu kabar darinya, sudah malam begini sosoknya belum muncul juga dihadapanku.
Tanpa terasa hari sudah pagi, bahkan nama mas kurni tidak muncul dilayar ponselku untuk sekedar memberi kabar.  Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan mas kurni dan seharusnya dia sudah berada dikota ini untuk menemuiku. Ini tidak seperti biasanya, ketakutan akan kehilangan mas kurni mulai membayangiku. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana hidupku tanpa mas kurni, sudah dua tahun lebih aku terbiasa dengan kehadiran mas kurni di hidupku, aku sangat menyayanginya dan kami sudah berencana untuk menikah setelah aku menyelesaikan studiku.
Tiba – tiba ada yang mengetuk pintu kamarku, segera aku membukanya dan berharap itu mas kurni.  “Mas kurni…” seruku bahagia, aku langsung memeluknya dengan erat, tubuhnya dingin.
“Mas sakit..?”
“Enggak kok nduk” jawab mas kurni dengan senyum manisnya sembari mengelus rambutku, matanya tampak sayu, wajahnya pucat tidak seperti biasanya.
“Mas kemana saja kok gak ada kabar”
“Mas gak kemana – mana nduk, ini sekarang mas uda disini buat nepatin janji mas nemuin kamu”
“kamu senang kan nduk..” ujar mas kurni dengan senyumnya.
Seperti biasa aku selalu manja dengan mas kurni, aku senang menyandar dibahunya yang bidang dan mas kurni selalu mengelus – elus rambutku dan tidak lama rasa kantuk mulai menyergapku dan aku mulai samar – samar mendengarkan mas kurni berbicara.
“Nduk.. mas minta maaf ya, mas gak bisa nemenin kamu terus, kamu jaga diri baik – baik ya, mas sayang sama kamu nduk..”
•••
Dering ponsel mengagetkanku, aku segera bangun dan melihat ke ponsel,panggilan dari nomer yang tidak ku kenal , segera aku mengangkatnya.
“halo..retno ini mas aryo masnya kurni”
“oh iya mas ada apa mas, tumben mas aryo telpon”
“kurni ret.. kurni udah gak ada ret, kemaren kecelakaan ”
Mendengar kabar dari mas Aryo aku seperti tidak percaya,
“Mas kurni… mas kurni.. mas..” berulang kali aku memanggilnya, segera aku berlari keluar mencarinya.  Suara teriakanku membuat orang – orang dikosan menghampiriku.
“Kamu kenapa ret.. kenapa??!!”
Aku hanya bisa menangis histeris, kakiku lemas, aku tidak bisa berkata apa – apa, bibirku kelu.  Hanya itu yang aku ingat, aku sudah berada dikamarku.  Semua orang melihatku dengan wajah penuh tanya.
“Kamu tadi pingsan didepan, kamu kenapa ret..?” Aku langsung memeluk Sari, aku kembali menangis dan hanya bisa menangis.  Awalnya aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa mas kurni, kemudian aku mulai takut kehilangan mas kurni dan sekarang aku benar – benar kehilangannya untuk selamanya.  Masi teringat jelas bagaimana mata sayunya menatapku.



•••

Tidak ada komentar:

Posting Komentar