Sedari malam aku tidak bisa tidur
nyenyak, aku tidak sabar untuk bertemu pagi dan bertemu dengannya. Seseorang
yang sudah lama menjadi separuh hidupku, mas kurni. Hari ini mas kurni akan
menemuiku dikota namun hingga sore ini dia tidak memberi kabar, bahkan telpon dan sms ku juga tidak
dibalasnya “kemana sebenarnya kamu mas”.
Hatiku gelisah, perasaanku tidak karuan menunggu kabar darinya, sudah
malam begini sosoknya belum muncul juga dihadapanku.
Tanpa terasa hari sudah pagi,
bahkan nama mas kurni tidak muncul dilayar ponselku untuk sekedar memberi
kabar. Sudah lama sekali aku tidak
bertemu dengan mas kurni dan seharusnya dia sudah berada dikota ini untuk
menemuiku. Ini tidak seperti biasanya, ketakutan akan kehilangan mas kurni
mulai membayangiku. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana hidupku tanpa mas
kurni, sudah dua tahun lebih aku terbiasa dengan kehadiran mas kurni di
hidupku, aku sangat menyayanginya dan kami sudah berencana untuk menikah
setelah aku menyelesaikan studiku.
Tiba – tiba ada yang mengetuk
pintu kamarku, segera aku membukanya dan berharap itu mas kurni. “Mas kurni…” seruku bahagia, aku langsung
memeluknya dengan erat, tubuhnya dingin.
“Mas sakit..?”
“Enggak kok nduk” jawab mas kurni
dengan senyum manisnya sembari mengelus rambutku, matanya tampak sayu, wajahnya
pucat tidak seperti biasanya.
“Mas kemana saja kok gak ada
kabar”
“Mas gak kemana – mana nduk, ini
sekarang mas uda disini buat nepatin janji mas nemuin kamu”
“kamu senang kan nduk..” ujar mas
kurni dengan senyumnya.
Seperti biasa aku selalu manja
dengan mas kurni, aku senang menyandar dibahunya yang bidang dan mas kurni
selalu mengelus – elus rambutku dan tidak lama rasa kantuk mulai menyergapku
dan aku mulai samar – samar mendengarkan mas kurni berbicara.
“Nduk.. mas minta maaf ya, mas
gak bisa nemenin kamu terus, kamu jaga diri baik – baik ya, mas sayang sama
kamu nduk..”
•••
Dering ponsel mengagetkanku, aku
segera bangun dan melihat ke ponsel,panggilan dari nomer yang tidak ku kenal ,
segera aku mengangkatnya.
“halo..retno ini mas aryo masnya
kurni”
“oh iya mas ada apa mas, tumben
mas aryo telpon”
“kurni ret.. kurni udah gak ada
ret, kemaren kecelakaan ”
Mendengar kabar dari mas Aryo aku
seperti tidak percaya,
“Mas kurni… mas kurni.. mas..”
berulang kali aku memanggilnya, segera aku berlari keluar mencarinya. Suara teriakanku membuat orang – orang dikosan
menghampiriku.
“Kamu kenapa ret.. kenapa??!!”
Aku hanya bisa menangis histeris,
kakiku lemas, aku tidak bisa berkata apa – apa, bibirku kelu. Hanya itu yang aku ingat, aku sudah berada
dikamarku. Semua orang melihatku dengan
wajah penuh tanya.
“Kamu tadi pingsan didepan, kamu
kenapa ret..?” Aku langsung memeluk Sari, aku kembali menangis dan hanya bisa
menangis. Awalnya aku tidak bisa membayangkan
hidup tanpa mas kurni, kemudian aku mulai takut kehilangan mas kurni dan
sekarang aku benar – benar kehilangannya untuk selamanya. Masi teringat jelas bagaimana mata sayunya
menatapku.
•••
Tidak ada komentar:
Posting Komentar